MEREKONTRUKSI HIMPUNAN MELALUI SEMANGAT PERKADERAN
Maksud dan tujuan perkaderan adalah usaha yang dilakukan dalam rangka
mencapai tujuan organisasi melalui suatu proses sadar dan sisternatis
sebagai alat transformasi nilai ke lslaman dan keIndonesian dalam proses
rekayasa peradaban melalui pembentukan kader berkualitas muslim
intelektual profesional sehingga berdaya guna dan berhasil guna sesuai
dengan pedoman perkaderan HmI.
Namun dalam kenyatannnya maksud dan tujuan itu tak berjalan sesuai yang
ditetapkan dan diharapkan oleh Founding Father HmI. Banyak sekali
permasalahan yang muncul dalam sistematika perkaderan ini, yang memang
tak jarang banyak kita temui bahwa pengkaderan ini hanya sebatas
formalitas atau syarat bagi mereka yang ingin menduduki sebuah system.
Sebenarnya esensi dan subtansi kader itu yang memang harus kita pahami.
Menurut AS Hornby (dalam kamusnya Oxford Advanced Learner’s Dictionary)
dikatakan bahwa “Cadre is a small group of People who are specially
chosen and trained for a particular purpose, atau “cadre is a member of
this kind of group; they were to become the cadres of the new commaiiist
party”. Jadi pengertian kader adalah “sekelompok orang yang
terorganisasir secara terus menerus dan akan menjadi tulang punggung
bagi kelompok yang lebih besar”. Hal ini dapat dijelaskan, pertama,
seorang kader bergerak dan terbentuk dalam organisasi, mengenal aturan
aturan permainan organisasi dan tidak bermain sendiri sesuai dengan
selera pribadi. Bagi HMI aturan aturan itu sendiri dari segi nilai
adalah Nilai Dasar Perjuangan (NDP) dalam pemahaman memaknai perjuangan
sebagai alat untuk mentransformasikan nilai nilai ke Islam an yang
membebaskan (Liberation force), dan memiliki kerberpihakan yang jelas
terhadap kaum tertindas (mustadhafin). Sedangkan dari segi
operasionalisasi organisasi adalah AD/ART HMI, pedoman perkaderan dan
pedoman serta ketentuan organisasi lainnya.
Kedua, seorang kader mempunyai komitmen yang terus menerus (permanen),
tidak mengenal semangat musiman, tapi utuh dan istiqomah (konsisten)
dalam memperjuangkan dan melaksanakan kebenaran. Ketiga, seorang kader
memiliki bobot dan kualitas sebagai tulang punggung atau kerangka yang
mampu menyangga kesatuan komunitas manusia yang lebih besar. Jadi fokus
penekanan kaderisasi adalah pada aspek kualitas.
Keempat, seorang Kader rneiliki visi dan perhatian yang serius dalam
merespon dinamika sosial lingkungannya dan mampu melakukan “social
engineering”.
Kader HMI adalah anggota HMI yang telah melalui proses perkaderan
sehingga memiliki ciri kader sebagaimana dikemukakan di atas dan
memiliki integritas kepribadian yang utuh : Beriman, Berilmu dan beramal
Shaleh sehingga siap mengemban tugas dan amanah kehidupan beragama,
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Dari pengertian dan ke empat penjelasan mengenai kader di atas kita
mampu memahami bahwa sebenarnya ada sedikit yang melenceng dari proyeksi
perkaderan kita oleh sebab itu tanggung jawab kita bersama untuk
merekonstruksi semangat perkaderan Himpunan ini. Karena, kitalah yang
bertanggung jawab atas semua yang terjadi pada himpunan ini. Seharusnya
kita sebagai generasi penerus mampu membuat HmI semakin baik tapi
ternyata semakin hari semakin jelas pergeseran-pergeseran yang terjadi
dalam tubuh HmI. Dan untuk itu salah satu langkah awal untuk memperbaiki
perkaderan ini, harus kita pahami arah training HmI
Arah Training adalah suatu pedoman yang dijadikan petunjuk atau penuntun
yang menggambarkan arah yang harus dituju dalam keseluruhan proses
pertrainingan HMI. Arah pertrainingan sangat erat kaitannya dengan
tujuan perkaderan, dan tujuan HMI sebagai tujuan umum yang hendak
dicapai HMI merupakan garis arah dan titik sentral seluruh kegiatan dan
usaha usaha HMI. Oleh karena itu, tujuan HMI merupakan titik sentral dan
garis arah setiap kegaitan perkaderan, maka ia merupakan ukuran atau
norma dari semua kegiatan
HMI.
Bagi anggota, tujuan HMI merupakan titik pertemuan persarnaan
kepentingan yang paling pokok dari seluruh anggota, sehingga tujuan
organisasi adalah juga merupakan tujuan setiap anggota organisasi. Oleh
karenanya peranan anggota dalam pencapaian tujuan organisasi adalah
sangat besar dan menentukan.
Hati ini berkobar, semangat ini terbakar tatkala melihat sebuah kondisi
yang tak seharusnya terjadi dalam himpunan ini. Training HmI merupakan
salah satu pengkaderan yang harus dilakukan oleh kader. Karena disitu
mereka akan diberikan pemahaman dan pengertian mengenai HmI. Agar mereka
tak salah kaprah dalam berkader. Kita di HmI tidak diciptakan hanya
sebatas menjadi manusia saja, tanggung jawab kita lebih besar dari itu.
Sebuah arah perkaderan yang salah satunya berbentuk training merupakan
langkah awal mendekatkan kader satu dengan yang lainnya dan diharapkan
mampu memberikan kontribusi terhadap HmI, bukan sebaliknya. Dan ketika
mengikuti jenjang training di Hmi pun tak dapat kita pungkiri ada
beberapa teman diantara kita yang salah niat, dalam artian jenjang
training di HmI hanya di buat persyaratan untuk menjadi pengurus
kejenjang yang lebih tinggi. Yang perlu dicatat oleh kawan-kawan bahwa
HmI bukanlah tujuan melainkan alat. Itu yang dikatakan kakanda kita
Ahmad Wahib.
Kita harus merekonstruksi himpunan ini, bagaimana tidak? Banyak sekali
hal bodoh yang ada dihadapan kita dan kita mencoba menutup mata. Satu
contoh kecil, ketika acara LK II (INTERMEDIATE TRAINING) banyak sekali
senior meraka yang menelfon kecabang lain agar meloloskan adek-adek
mereka, dan tak jarang dalam pelatihan forum-forum seperti itu mereka
berlaku anarkis dan amoral. Salah satu contoh kecil saja bahwa memang
perkaderan ini harus segera kita perbaiki.
Amelia Karunia Ar-Rakhman
Komisariat Ushuluddin HmI Cabang Surabaya