Jumat, 09 Februari 2018

HARGA SEBUAH KEMERDEKAAN

INDONESIA merdeka , inilah tujuan kita untuk selama-lamanya. Saya ingat buku tulisan dari Tan Malaka sang revolusioner yang pada akhirnya harus mati ditangan bangsanya sendiri. Beliau mengatakan dalam bukunya MERDEKA 100% bahwa kemerdekaan seseorang dibatasi dengan kemerdekaan manusia lainnya, dalam artian bahwa kita tidak bisa semena-mena dalam menjalankan hak-hak kita sebagai seorang manusia. kebebasan kita tidak boleh sampai menganggu kebebasan orang lain, apalagi sampai menimbulkan kerugian dan keresahan untuk masyrakat. Berbicara tentang merdeka, saya merasa bahwa Indonesia belum sepenuhnya merdeka dan bisa dikatakan belum merdeka. Kenapa seperti itu, kita bisa lihat nilai impor kita masih sangat tinggi, petani saja belum bisa berdikari. Contoh kecil saja menurut kementrian Pertanian mengkalaim kita surplus 329.000 ton beras per bulan Januari 2018, tapi nyatanya dilapangan pemerintah malah mengimpor 500.000 t0n beras dari luar. Kalau kita lihat sepintas ,dan kemudian kita lihat dengan sangat jelas pun kebijakan ini sangat merugikan masyarakat. Dimana pada saat awal bulan Maret petani di seluruh Indonesia akan panen raya. Saat kita tinjau lebih dalam lagi kepada kementerian perdagangan yang mengakomodir import beras ini, ternyata mereka tidak memiliki data yang sangat kuat kenapa pemerintah harus melakukan impor beras pada hari dimana petani seharusnya merayakan panen raya. Sebuah ketimpangan sosial yang terjadi ini tidak hanya pada sektor pertanian, perdagangan, tetapi juga pada sektor kesehatan dan pendidikan.  

Beberapa konsep gagasan untuk mengisi kemerdekaan Indonesia telah dituangkan, para pakar ahli dari mulai ahli hukum, ahli diplomasi, ahli pertanian, ahli pendidikan dan semuanya berkumpul untuk meramu kembali bagaimana agar Indonesia bisa kembali pada tujuan awalnya. Indonesia adalah sebuah sistem negara yang mengakomodir banyak kepentingan orang. Tetapi hingga detik ini, hampir usia 73 tahun Indonesia merdeka, formulasi atau konsep untuk mengisi kemerdekaan itu belum ada, Usia yang hampir 73 tahun, bukan termasuk usia yang masih muda lagi, tetapi mendekati masa-masa yang hampir matang. setidaknya Indonesia memiliki sikap untuk menghargai arti sebuah Kemerdekaan. Kemerdekaan ini tidak dengan mudah kita dapatkan begitu saja. Para founding father kita bersama rakyat mengorbankan jiwa raga mereka demi untuk kemerdekaan. Tangisan, darah, air mata, Penghianatan dan bahkan pengungsian dan kematian menghiasi perjuangan mereka dan menghantui mereka kapan saja. Untuk itu, begitu berat sekali perjuangan mereka, dan perjuangan kita pada masa kita pun sekarang juga tidak kalah beratnya. karena kita melawan bangsa kita sendiri. begitu kutipan dari kata-kata Soekarna. Dan ketika melihat perjuangan mereka dan kondisi hari ini, hatinya sangat hancur, ingin berontak terhadap segala ketidakadilan ini. 

Minggu, 07 Januari 2018

Tinta Emas

TINTA EMAS SEJARAH ISLAM
Sejarah telah membuktikan bahwa Islam pernah menjadi sebuah kekuatan besar dalam segala bidang dan aspek kehidupan. Dan itu masih sangat segar dalam ingatan kita semua. Dan Islam tidak hanyalah sejarah, karena Kebangkitan Islam akan segera mewarnai roda kehidupan di muka bumi.
–AmyliaKarunia AR-
Sebuah peradaban tak lepas dari 3 hal menurut Ibn Khaldun; pertama adalah masa awal (merintis), kedua, Masa kejayaan dan ketiga adalah kemunduran. Itu merupakan sebuah fenomena yang sunnatullah terjadi adanya. Dan begitupun yang terjadi pada dunia Islam, pada masa awal Islam merintis kejayaannya hingga pada puncak kejayaannya yang terjadi pada masa dinasti Abbasiyah yang mana tokoh-tokoh yang mampu menginspirasi dunia hingga saat ini, contohnya; dalam bidang Filsafat, lahir tokoh seperti Alkindi, AlFarabi, Ibnu Tufail, Ibnu Sina dan Al-Ghazali. Bidang kedokteran, Jabir Ibnu Hayan, Hunain Bin Ishaq, dll. Masih banyak sekali kemajuan dunia Islam  pada masa Dinasti Abbasiyah dalam bidang lainnya yang tak bisa penulis sebutkan satu-satu disini. Dan itu sedikit banyaknya sangat mempengaruhi perkembangan peradaban dunia tidak terkecuali Negara Barat. Jasa besar Ilmuwan Muslim atau umat Islam secara keseluruhan itulah maka penulis mengutip pernyataan dari Marshall G. S. Hodgson menyebutkan bahwa seseorang tidak bisa memahami sejarah peradaban dunia, terutama sejarah peradaban modern ini, kalau tidak memahami sejarah peradaban Islam.
Peradaban Islam membawa semangat yang sangat luar biasa, terutama dalam bidang khazanah keilmuwan. Karena ilmu itu akan abadi, melekat, menetap, dan selalu hidup dalam jiwa dan keseharian pola pikir kita. “Ilmu  pengetahuan itu” kata Nabi Saw., “adalah cahaya”. Selayaknya sebuah cahaya yang selalu menerangi disetiap jengkal langkah yang kita lewati, memasuki setiap sekat-sekat yang dibangun, cahaya adalah penerang. Menerangi disetiap kegelapan, disaat salah arah dan tujuan. Maka, ikutilah kemana cahaya membawamu pergi. Pada dasarnya ilmu itu adalah harta yang paling berharga dalam hidup kita, menuntun kita pada arah kebenaran, menyimak pernyataan dari filsuf awal Muslim al-Kindi (801-873) berkata; Tidak ada yang lebih dicintai oleh para pecinta kebenaran daripada kebenaran sendiri, dari manapun datangnya, dari siapapun berasal, dan dalam bentuk apapun adanya; bahkan, dia bersedia mengabdi kepada kebenaran itu dengan mengerahkan segenap jiwa raganya (dikutip dalam Adamson, 2007: 23).
Ilmu itu akan terus hidup, terus berkembang dan menyebar luas kemanapun langkah kaki kita berpijak, semua itu akan terjadi apabila kita terus mengamalkannya, menyuarakan apa-apa yang kita ketahui dan mengajarkan apa yang kita pahami. Tapi dalam dewasa ini, sering kali kita melihat bahwa umat Muslim memiliki sikap eksklusivisme terhadap ilmu pengetahuan. Rendahnya keterbukaan antar sesama ilmuwan muslim menjadi salah satu alasan mengapa umat Islam pada saat ini mengalami degradasi dalam bidang ilmu pengetahuan. Tidak adanya kolaborasi dan terkesan sangat individualistic, kenyataannya bahwa ada integrasi dari ilmu satu dan ilmu yang lainnya, untuk itu seyogyanya perlu kolaborasi antar ilmuwan muslim dengan yang lainnya. Berbagai Karena mengacu pada historis umat Islam klasik adalah adanya sikap saling keterbukaan dalam ilmu pengetahuan. Maka tak jarang ilmuwan Muslim seperti Ibn Sina yang merupakan ahli kedokteran dan fisika, namun juga sekaligus seorang filsuf dan hafidz al-Quran. Sarjana Muslim klasik dapat menguasai berbagai cabang ilmu pengetahuan karena adanya kolabarasi.

Minggu, 25 Oktober 2015

Rasa yang tak berTUan

Tak ada kata yang mampu mewakili segala rasa di hati ini ketika aku mengingatmu. Yang ada hanya kebahagian, tangisan, jeritan, kebencian, kemarahan dan yang paling penting adalah kerinduanku padamu yang tak berkesudahan. Semua rasa yang entah terpendam dalam diam dengan bingkain senyum dan tawa setiap kali bertatap muka denganmu.
kau tau.... rasa ini semakin hari semakin membuncah, semakin kuat dan mengakar dalam relung hati yang paling dalam. Tapi ku tahu, bahwa Rasa ini akan menjadi Indah pada waktunya kelak. waktu dimana Allah ku mempersatukan kita dalam sebuah ikatan suci yang di RidhoiNya.
Entahlah, harus seperti apa aku memahaminya. Disela-sela aktivitas dengan segala keterbatasan ruang dan waktu kau selalu mengatakan bahwa "keyakinan" ini masih ada. Satu tanda tanya dalam benakku, keyakinan seperti apa yang kau tawarkan padaku. 
Keyakinan.. ya keyakinan yang akan membawa kita pada tujuan itu. kau selalu bilang aku harus yakin dengan semua proses yang kadang aku sendiri merasa ragu untuk melewatinya.  Dan tiba-tiba kau pun ragu. Lalu bagaiamana? dan dimana keyakinan yang lantas kau tawarkan itu?
Aku tergiang sejenak dalam lamunan... melihatmu seperti itu. Sejak kapan keraguan itu muncul dihatimu, sayang sekali.. aku tak menyadari nya. Kau yang dengan bangga selalu menyakinkan aku, memotivasiku dan mengatakan tidak ada hal yang tak mungkin terjadi apabila kita berusaha. nyatanya itu hanyalah sebuah ilusi yang kau titipkan sementara waktu kepadaku.
Finally.... dipersimpangan jalan, aku terombang-ambing dalam dunia ilusi yang kau ciptakan untuk ku. Dan kau pun entah tak meninggalkan ilusi yang belum selesai kau ciptakan untukku. Lalu kemanahkah aku harus melanjutkan ilusi ini?  kemanakah arah kaki ku melangkah? aku dipersimpangan dan tak tau kemanakah tuanku yang menciptakan ilusi ini? Ilusi yang membuat aku terjebak dan stag di jalan ini. Dan untuk yang kesekian kali kucoba merangkak laksana bayi yang baru lahir untuk sesegera mungkin untuk mengakhiri ilusi ini.
And The Last...... ku Ucapkan selamat tinggal untuk Rasa yang tak bertuan ini
#AKAR

Jumat, 23 Oktober 2015

Sang Pembebas


Kebahagian dalah dimana kamu merasa nyaman dengan apapun yang sedang kamu lakukan pada saat ini. terkadang kebahagian tak bisa datang walaupun pada saat kita memiliki banyak uang sekalipun. kebahagian hanya bisa datang dan dirasakan apabila kenyamanan dan rasa saling menyayangi itu selalu ada di setiap mata teman-teman kita, orang-orang terkasih dan tercinta tentunya.

Berbicara tentang kebahagian itu tak lepas dari orang-orang terdekat kita, orang-orang yang mensupport kita dan yang selalu ada di saat kita ada di posisi terbawah sekalipun; mereka tak meningglkan kita. Dengan mereka duka bisa menjadi suka, luka menjadi tawa, dan derita menjadi bahagia. Ya,,,,, itulah sahabat terbaik kita.

Sahabat.... menemani dari separuh perjuangan langkah kita untuk menuju puncak, menemani dikala susahnya kita, bahkan jarang mereka ada disaat kita senang, jarang mereka ada disaat kita memiliki segalanya. Entah iru sengaja atau tidak. Yang jelas mereka selalu ada disaat kita bener2 jatuh dan tak bisa bangkit untuk melanjutkan sisa-sisa dari mimpi kita.

Mereka bilang.. betapa kerennya cita-cita kita, dan ya.. kita mengamini, besanding dengan mereka. berhahaha--hihihi dengan segudang bacaan yang menge-nyangkan otak ini membuat kita lupa sejenak dengan aktifitas dan kejenuhan kita. Karena pada saat itu kita tau dan merasa bahwa kita tak berjuang sendiri untuk semua mimpi-mimpi ini. Mereka ada dalam mimpi kita, dan mireka pun sama-sama berjuang  untuk mimpi ini dalam membebaskan Negeri dari Kehancuran Kapitalismenya dan merosotnya moralitas Bangsa.

Kita duduk dalam sebuah forum, dan suara meletup-letup, gemuruh kemarahan, semangat dan bahkan revolusi perubahan kalian keluarkan. kita sama-sama geram dengan keadaan ini yang menyudutkan banyak orang, terutama rakyat miskin. kita mengatakan harus ada perubahan, memang harus. kita mengkritisi banyak hal tdari mulai tentang struktur pemerintah, pendidikan, bahkan moralitas, dan lingkungan pun tak ketinggalan kita diskusikan, dan yang terpenting adalah ke-EKONOMIAN DAN PER-POLITIKKAN bangsa tercinta kita.

sahabat.... jangan lupa janji kita, semoga kalian masih ingat, dan misi kita akan tetap terjaga walau kita terpisah dalam ruang dan waktu. tapi misi perubahan harus tetap kita perjuangkan.



Amylia Karunia AR (AKAR)
Pengamat sosial

Rabu, 14 Oktober 2015

Revitalisasi Strategy Dakwah Modern dalam Menjawab Problematika Ke-Umatan

 

Himpunan Mahasiswa Islam sebuah organisasi Mahasiswa yang masih tetap eksis dalam dinamika zaman yang saat ini telah mengalami perubahan-perubahan dan juga telah menghadapi berbagai macam ancaman, tetapi tetap menunjukkan sebuah ghirah perjuangan yang tak pernah lekang oleh waktu. Amanat penderitaan rakyat yang sampai saat ini menjadi sebuah cita-cita dari revolusi kita yang belum selesai, dan merupakan sebuah periode keempat dari awal revolusi yang telah disebutkan oleh bung karno dalam bukunya yang berjudul Panca Azimat Revolusi. Saat ini HMI masih konsisten dalam melakukan setiap proses perkaderan untuk mempersiapkan kader-kadernya menghadapi tantangan kebangsaan di masa depan, Revolusi tidak hanya terjadi di Indonesia tapi semua umat manusia di seluruh dunia melakukan usaha untuk terus melakukan perubahan, dan kalau Revolusi di Indonesia dikatakan selesai maka bersiaplah Indonesia akan digilas sendiri oleh rakyatnya. Sehingga kekonsistenan HMI dalam melakukan Training-trainingnya harus tetap dijaga tapi bukan berarti meninggalkan sebuah bentuk ijtihad lapangan agar tidak meninggal sebuah discovery yang pada akhirnya menemukan sebuah inovasi nilai perkaderan. Seperti halnya Bung Karno terus melakukan Ijtihad kepmimpinan untuk membenahi pemerintahan di negeri ini.
Dari sekian fase yang dihadapi oleh HMI, baru kali ini kader-kader HMI merasa kalau HMI kian meleset dari tujuan luhur para pendirinya salah satunya adalah mengembangkan nilai-nilai ke-islam-an, ini sebenarnya yang menjadi keresahan bagi segelintir kader yang menyadari akan pentingnya melakukan pembaharuan terhadap nilai-nilai ke-islam-an, sehingga Islam tidak kembali pada sebuah keasingan bagi pemeluknya, karena Islam tidak lagi menjadi solusi terhadap problem yang terjadi di tengah-tengah masyarakat. Melihat kader-kader HMI saat ini yang sudah kian menjauh dari ajaran qur’ani (Islam), yang kemudian banyak kader HMI yang tidak bisa membaca dan menulis Al-Qur’an, ini salah satu problem yang cukup mendasar dan tidak perlu dipahami dengan teori logika yang rumit, dan itu sudah bisa dijadikan bukti kalau banyak kader HMI yang sudah kian tidak memahami akan sebuah nilai yang ada dalam Islam, sehingga Islam hanya dipandang sebagai bentuk dari doktrin belaka tapi tidak dipandang sebagi ilmu pengetahuan, padahal kata Natsir kalau agama yang benar adalah agama yang tidak hanya bisa menentramkan buat diri pemeluknya saja, tapi juga mampu menjawab kegandrungan intelektualnya. Sehingga Natsir kemudian melanjutkan kalau Islam akhirnya tidak dipandang sebagai agama saja, tapi juga merupakan sebuah petunjuk bagi para pemeluknya. Makanya Natsir dengan kendaraan Partai Masyumi-nya membawa misi Islam harus dijadikan sebagai dasar Negara. Meskipun Natsir sangat lentur dengan penerimaan terhadap pancasila sebagai dasar negara, itu hanya agar Natsir tahu apa sih sebenranya argumentasi para parlement yang mengusung Pnacasila sebagai dasar negara dan bukan Islam. Dari kesadaran ini-pun LDMI HMI Cabang Surabaya mempunyai sebuah goal atau mimpi besar kalau dalam bahasa Rencana Strategis, untuk kembali mengaktifkan diskusi-diskusi tentang pengembangan-pengembangan implikasi nilai-nilai Islam. Karena kata Cak Nur kalau Nilai sampai kapanpun tidak akan pernah mengalami perubahan, hanya dari segi implikasi dan implementasinya saja yang akan mengalami perubahan. Karena dari kedangkalan pemahaman terhadap nilai-nilai ke-islam-an inilah yang kemudian menjadi sebuah dasar terjadinya pertentangan ditataran umat Islam sendiri. Sehingga umat Islam menjadi berbagai macam bentuk dan mempunyai landasan sendiri-sendiri. Kadang ini juga menjadi sebuah pertentangan yang sangat akut ditataran berbagai macam aliran di wilayah Islam, sehingga Islam yang sangat menjunjung tinmggi sebuah toleransi antar agama tapi ketika terjadi perebedaan pemahaman terhadap teks, nilai toleransi yang diajarkan oleh Islam sudah kabur bahkan tidak mampu dipahami kembali, dari senilah pertikayan itu dimulai, antara yang satu dengan yang lain mulai membenarkan alirannya masing-masing. Ini kami anggap sebagai sebuah problem yang dihadapi oleh umat saat ini, dan ini harus dijawab dengan lebih masifnya sebuah dakwah-dakwah Islamiyah ditataran umat Islam. Sehingga Islam bisa dipahami secara utuh baik substansi maupun literal.
Berbicara Revitalisasi ini memang benar-benar sangat dibutuhkan dengan konteks kebutuhan zaman saat ini, karena dakwah yang hanya dilakukan di atas mimbar sebagaimana yang telah banyak dilakukan oleh para da’i saat ini hanya sebatas pemberian Mau’idhah hasanah bukan dalam bentuk uswatun hasanah, sehingga dakwah yang hanya sebatas bil-qaul saat ini sudah semakin tidak efektif lagi, karena itu bisa dikatakan dakwah saat ini yang dilakukan gagal, karena problem-problem keummatan yang terjadi itu semuanya dari umat Islam sehingga Islam datang bukan sebagai solusi tetapi menimbulkan kegaduhan diantara para umat dan itu harus disadari kalau saat ini Me-Revitalisasi sebuah strategi dakwah menjadi sebuah hal yang sangat penting untuk dilakukan, artinya Dakwah saat ini harusnya sudah mampu juga mewarnai kehidupan (Dakwah Bil-Af’al) kita juga, bukan malah menjadi yang gagal dalam kehidupannya. Seharusnya Dakwah saat ini harus mampu membaca dan mempersiapkan kehidupan masa depan bukan terus-terusan membahas semua yang telah terjadi di 15 abad yang lalu.
 
 
Amelia Karunia Ar-Rakhman
Komisariat Ushuluddin HmI Cabang Surabaya

 

DARI WARKOP KE WARKOP



Sebuah pengalaman mengagumkan ketika ada sebuah kesempatan untuk mencoba menjelajahi sebuah ruang usaha meskipun itu hanya sebagai seorang penjaga biasa, dan itupun bukan sebuah jaminan keamanan finansial apa lagi kebebasan finansial, tapi saat ini sebuah pelajaran tertentu yang didapatkan dan ini menjadi pengalaman berharga, dari sisi ilmu yang didapat dari pengalaman mempunyai kesan tersendiri, dalam hal ini sebuah perjalanan dari warkop ke warkop, sebuah warkop yang terletak di wonocolo dan yang terletak di jetis kulon dengan sebuah nama yang berbeda dan sebuah tata ruang yang berbeda dengan strategi promosi yang juga berbeda-beda pula. Dan disini terjadi perbedaan dari segi pendapatan karena harga barang dari dua warkop ini juga berbeda sebenarnya ini merupakan salah satu bagian dari strategi untuk meningkatkan pendapatan. Dari perjalanan ini ditemukan sebuah perbedaan yang mencolok dari segi pendapatan.
Dalam teori pemasaran di point materi marketing mix (bauran pemasaran), ada istilah 4P (Product, Price, Promotion dan Place), dan juga ada STP (Segmentation, Targeting dan Positioning), dalam teori ini mempunyai sebuah bentuk yang cukup dalam ketika teori ini dijadikan sebagai pisau analisa untuk mengetahui membangun dan mengembangkan sebuah usaha dan juga bisa dijadikan sebagai alat evaluasi dan juga bsa dijadikan sebuah proyeksi dalam perkembangn usaha. STP adalah sebuah langkah strategis yang harus dilakukan pertama sebelum berlanjut dengan langkah taktis yang dikenal tadi dengan bahasa 4P, dalam proses peningkatan pendapatan dengan masuk ke wilayah kompetisi perang harga sebenarnya sudah tidak lagi menjadi sebuah taktik yang brilian lagi, karena murahnya sebuah harga hanya bisa dijadikan sebuah taktik yang dijadikan taming setelah proses taktik yang lain selesai, dalam dunia usaha yang paling penting adalah sebuah differensiasi dan differensiasi yang paling bisa sangat dilakukan kalau bahasa pak Hermawan Kertajaya itu adalah di wilayah service (Layanan), para pelanggan/konsumen sebenarnya tidak mementingkan berapapun harganya yang penting Pelayanannya bagus, Produknya benar-benar berkualitas dan mampu membungkus sebuah bahasa promosi dengan menarik maka pelanggan akan merasa aman dan nyaman dengan kita. Disitulah sebenarnya pelanggan harus diperlakukan seperti seorang perempuan yang harus diperhatikan dan selalu membutuhkan perhatian, sehingga kenyamanan berbelanja, nongkrong dan lain sebagainya sehingga desain tempatpun harus semenarik mungkin dan konsumen merasa nyaman dengan tempat duduk, ngobrol dan lain sebagainya.
Dari pengalaman warkop satu ke warkop yang lain ini salah satu yang mencolok adalah sebuah desain tempat dan juga perbedaan harga yang juga mempunyai perbedaan, sehingga saat ini sebuah ilmu yang istimewa yang didapat dari perjalanan pengalaman, kalau harga hanya menjadi sebuah taktik terakhir untuk meningkatkan pendapatan dan menggaet pelanggan dengan banyak, kalau bahasanya Hermawan Kertajaya, customer saat ini merupakan customer yang tidak hanya pada wilayah loyalitas tapi sudah wilayah Spriritual Customer, atau dengan kata lain pelanggan ideologis. Sehingga sesuatu yang dilakukan oleh para Founding Father adalah memberikan kenyamanan pada semua Customer sehingga tingkat dari loyalitas pelanggan ke pelanggan yang spiritual. Artinya pelanggan tidak hanya mendapat kenyamanan tapi hubungannya sudah ke wilayah hubungan batin. Artinya pelanggan mempunyai sebuah perasaan yang seakan-akan tidak bisa terlepas dari produk yang telah diberikan oleh pemilik usaha. Ada perbedaan terkait harga dari dua warkop yang telah saya jaga yang satunya dengan harga yang lebih murah dari warkop yang satunya lagi, tapi secara pendapatan dan dari pelanggan yang datang hampir sama atau hampir lebih rame sebuah warkop yang mempunyai harga yang lebih mahal. Tentunya pendapatannyapun lebih besar yang mempunyai kebijakan harga lebih tinggi. Ini kemudian dapat ditangkap kalau harga bukan sebuah taktik yang dijadikan taming pertama untuk meningkatkan pendapatan atau mendongkrak pendapatan. Kadang memang membuat kanvas strtegi sangat dibutuhkan untuk melakukan sebuah inovasi nilai terhadap produk yang sedang digarap atau usaha yang sedang dijalani, sehingga membuat pesaing menjadi tidak relevan lagi itu sangat penting. Semboyan ini ada dalam sebuah buku Blue Ocean Strategy artinya sebuah bisnis tidak harus selalu berada dalam perang melawan bisnis yang lain, tapi bagaimana mencari sebuah strategy untuk keluar dari samudera merah berekspansi ke samudera biru. Sehingga tidak terus-terusan hidup dalam terror bisnis lain, yang juga bergelut dalam bisnis yang sama. Dalam bisnis melakukan Mark Up terhadap produk atau tempat dimana sebuah bisnis itu dilakukan, karena terlihat berkualitas itu sangat penting dalam ilmu pemasaran, jadi meski sebuah produk itu berkualitas tapi tidak mampu mengemas sebuah komunikasi yang efektif artinya mempromosikan produk tersebut itu juga berpengaruh terhadap peningkatan sebuah pendapatan. Sehingga ini akan menjadi sebuah penyakit dalam tubuh sebuah bisnis. Melakukan expansi strategis terhadap bisnis apapun ta’ terkecuali Warkop.

Amelia Karunia Ar-Rakhman
Komisariat Ushuluddin HmI Cabang Surabaya

MEREKONTRUKSI HIMPUNAN MELALUI SEMANGAT PERKADERAN 

 

Maksud dan tujuan perkaderan adalah usaha yang dilakukan dalam rangka mencapai tujuan organisasi melalui suatu proses sadar dan sisternatis sebagai alat transformasi nilai ke lslaman dan keIndonesian dalam proses rekayasa peradaban melalui pembentukan kader berkualitas muslim intelektual profesional sehingga berdaya guna dan berhasil guna sesuai dengan pedoman perkaderan HmI.
Namun dalam kenyatannnya maksud dan tujuan itu tak berjalan sesuai yang ditetapkan dan diharapkan oleh Founding Father HmI. Banyak sekali permasalahan yang muncul dalam sistematika perkaderan ini, yang memang tak jarang banyak kita temui bahwa pengkaderan ini hanya sebatas formalitas atau syarat bagi mereka yang ingin menduduki sebuah system. Sebenarnya esensi dan subtansi kader itu yang memang harus kita pahami.
Menurut AS Hornby (dalam kamusnya Oxford Advanced Learner’s Dictionary) dikatakan bahwa “Cadre is a small group of People who are specially chosen and trained for a particular purpose, atau “cadre is a member of this kind of group; they were to become the cadres of the new commaiiist party”. Jadi pengertian kader adalah “sekelompok orang yang terorganisasir secara terus menerus dan akan menjadi tulang punggung bagi kelompok yang lebih besar”. Hal ini dapat dijelaskan, pertama, seorang kader bergerak dan terbentuk dalam organisasi, mengenal aturan aturan permainan organisasi dan tidak bermain sendiri sesuai dengan selera pribadi. Bagi HMI aturan aturan itu sendiri dari segi nilai adalah Nilai Dasar Perjuangan (NDP) dalam pemahaman memaknai perjuangan sebagai alat untuk mentransformasikan nilai nilai ke Islam an yang membebaskan (Liberation force), dan memiliki kerberpihakan yang jelas terhadap kaum tertindas (mustadhafin). Sedangkan dari segi operasionalisasi organisasi adalah AD/ART HMI, pedoman perkaderan dan pedoman serta ketentuan organisasi lainnya.
Kedua, seorang kader mempunyai komitmen yang terus menerus (permanen), tidak mengenal semangat musiman, tapi utuh dan istiqomah (konsisten) dalam memperjuangkan dan melaksanakan kebenaran. Ketiga, seorang kader memiliki bobot dan kualitas sebagai tulang punggung atau kerangka yang mampu menyangga kesatuan komunitas manusia yang lebih besar. Jadi fokus penekanan kaderisasi adalah pada aspek kualitas.
Keempat, seorang Kader rneiliki visi dan perhatian yang serius dalam merespon dinamika sosial lingkungannya dan mampu melakukan “social engineering”.
Kader HMI adalah anggota HMI yang telah melalui proses perkaderan sehingga memiliki ciri kader sebagaimana dikemukakan di atas dan memiliki integritas kepribadian yang utuh : Beriman, Berilmu dan beramal Shaleh sehingga siap mengemban tugas dan amanah kehidupan beragama, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Dari pengertian dan ke empat penjelasan mengenai kader di atas kita mampu memahami bahwa sebenarnya ada sedikit yang melenceng dari proyeksi perkaderan kita oleh sebab itu tanggung jawab kita bersama untuk merekonstruksi semangat perkaderan Himpunan ini. Karena, kitalah yang bertanggung jawab atas semua yang terjadi pada himpunan ini. Seharusnya kita sebagai generasi penerus mampu membuat HmI semakin baik tapi ternyata semakin hari semakin jelas pergeseran-pergeseran yang terjadi dalam tubuh HmI. Dan untuk itu salah satu langkah awal untuk memperbaiki perkaderan ini, harus kita pahami arah training HmI
Arah Training adalah suatu pedoman yang dijadikan petunjuk atau penuntun yang menggambarkan arah yang harus dituju dalam keseluruhan proses pertrainingan HMI. Arah pertrainingan sangat erat kaitannya dengan tujuan perkaderan, dan tujuan HMI sebagai tujuan umum yang hendak dicapai HMI merupakan garis arah dan titik sentral seluruh kegiatan dan usaha usaha HMI. Oleh karena itu, tujuan HMI merupakan titik sentral dan garis arah setiap kegaitan perkaderan, maka ia merupakan ukuran atau norma dari semua kegiatan
HMI.
Bagi anggota, tujuan HMI merupakan titik pertemuan persarnaan kepentingan yang paling pokok dari seluruh anggota, sehingga tujuan organisasi adalah juga merupakan tujuan setiap anggota organisasi. Oleh karenanya peranan anggota dalam pencapaian tujuan organisasi adalah sangat besar dan menentukan.
Hati ini berkobar, semangat ini terbakar tatkala melihat sebuah kondisi yang tak seharusnya terjadi dalam himpunan ini. Training HmI merupakan salah satu pengkaderan yang harus dilakukan oleh kader. Karena disitu mereka akan diberikan pemahaman dan pengertian mengenai HmI. Agar mereka tak salah kaprah dalam berkader. Kita di HmI tidak diciptakan hanya sebatas menjadi manusia saja, tanggung jawab kita lebih besar dari itu. Sebuah arah perkaderan yang salah satunya berbentuk training merupakan langkah awal mendekatkan kader satu dengan yang lainnya dan diharapkan mampu memberikan kontribusi terhadap HmI, bukan sebaliknya. Dan ketika mengikuti jenjang training di Hmi pun tak dapat kita pungkiri ada beberapa teman diantara kita yang salah niat, dalam artian jenjang training di HmI hanya di buat persyaratan untuk menjadi pengurus kejenjang yang lebih tinggi. Yang perlu dicatat oleh kawan-kawan bahwa HmI bukanlah tujuan melainkan alat. Itu yang dikatakan kakanda kita Ahmad Wahib.
Kita harus merekonstruksi himpunan ini, bagaimana tidak? Banyak sekali hal bodoh yang ada dihadapan kita dan kita mencoba menutup mata. Satu contoh kecil, ketika acara LK II (INTERMEDIATE TRAINING) banyak sekali senior meraka yang menelfon kecabang lain agar meloloskan adek-adek mereka, dan tak jarang dalam pelatihan forum-forum seperti itu mereka berlaku anarkis dan amoral. Salah satu contoh kecil saja bahwa memang perkaderan ini harus segera kita perbaiki.


Amelia Karunia Ar-Rakhman
Komisariat Ushuluddin HmI Cabang Surabaya